Si Cantik Flower Crown dan Tradisi “May Crowning of Marry"
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat, membuat kebanyakan manusia berlomba-lomba dalam
perkara dunia. Trend fashion di kalangan perempuan semakin maju. Namun, tidak disadari
umat Muslim di dunia mengikuti gaya berbusana orang-orang barat. Akhir- akhir
ini sedang booming penggunaan Flower Crown sebagai aksesoris.
Siapa sih yang tidak kenal dengan “Si cantik Flower Crown”? benda lucu yang biasa dipakai pada saat acara
pernikahan ataupun acara lainnya. Cantik nan indah bila dikenakan di atas
kepala perempuan berhijab. Tak jarang banyak sekali permintaan
akan flower crown
yang diterima para penjual.
Apa itu flower crown? flower crown adalah
mahkota yang dirangkai dari bunga, ranting dan dedaunan. Kini flower crown
tidak hanya terbuat dari bunga segar, versi bunga palsu yang lebih awet dan
ekonomis pun banyak diminati.
Flower crown sesungguhnya bukanlah suatu hal yang baru. Flower crown adalah aksesoris terkenal di dunia yang muncul berabad-abad lamanya dan memiliki
arti tradisi tersendiri bagi penganutnya. Bermula dari
Yunani kuno hingga saat ini.
Namun, penggunaan benda tersebut bagi perempuan Muslim menjadi peringatan karena bisa jadi termasuk tasyabbuh yang dilarang oleh Allah.
Let the history lesson begin.
SEJARAH FLOWER CROWN
Yunani Kuno
Flower crown merupakan hal yang umum di
Yunani kuno, biasa dikenakan di acara-acara khusus untuk menghormati pada dewa dan dewi. Pada era yang
sama flower crown yang terbuat dari daun wreath juga menjadi mode, Julius Caesar salah
satunya. Flower Crown jenis ini akan dianugerahkan kepada para tentara yang memenangi perang sebagai
rasa hormat.
Era Medieval Eropa
Pada masa ini flower crown bukanlah bagian dari fashion/mode. Mengapa ? Pada masa ini, flower
crown banyak digunakan di upacara keagamaan. Selain itu untuk menghormati dewa dewi maka flower crown akan menghiasi patung dewa dewi. Disisi lain, flower crown tidak aman! Why???
Ukranian
Flower crown yang dikenal sebagai vinok adalah bagian dari pakaian rakyat tradisional di
Ukraina. Sering kali, anak perempuan yang sudah memasuki usia untuk menikah akan memakainya.
Selama upacara pernikahan di Ukraina, karangan bunga yang terbuat dari periwinkle dan myrtle
akan dikenakan pasangan pengantin setelah upacara pernikahan. Saat ini, flower crown tradisional
Ukraina lebih sering terlihat di festival dan acara-acara khusus, termasuk pernikahan.
Tiongkok Kuno
Di Tiongkok, flower crown yang dibuat dari bunga jeruk yang sedang mekar lazim
dipakai saat
pernikahan. Ketika pohon-pohon jeruk mekar dan menghasilkan buah pada saat yang sama, ini
melambangkan kesuburan dan dianggap akan memberikan keturunan.
pernikahan. Ketika pohon-pohon jeruk mekar dan menghasilkan buah pada saat yang sama, ini
melambangkan kesuburan dan dianggap akan memberikan keturunan.
Era Victorian
Seperti halnya gaun pengantin putih, Ratu Victoria juga membawa flower crown ke
dunia mode
Eropa. Dia mengenakan karangan bunga jeruk yang tengah mekar (ide yang dipinjam dari Tiongkok)
di rambutnya kala pernikahannya dengan Pangeran Albert pada tahun 1840. Setelah itu, bunga jeruk
tersebut menjadi begitu terkait erat dengan pernikahan.
Eropa. Dia mengenakan karangan bunga jeruk yang tengah mekar (ide yang dipinjam dari Tiongkok)
di rambutnya kala pernikahannya dengan Pangeran Albert pada tahun 1840. Setelah itu, bunga jeruk
tersebut menjadi begitu terkait erat dengan pernikahan.
Amerika Era 60-an
Akhir 1960-an praktis identik dengan budaya flower crown dan budaya hippie
menjadi andalan
aksesoris fashion yang terkait dengan wujud perdamaian dan cinta, semua cita-cita dan kegerakan.
Meskipun gaya hippie adalah subkultur waktu, itu dipengaruhi mode utama, dia membawa flower
crown kembali sebagai gaya dan bagian dari pernikahan.
aksesoris fashion yang terkait dengan wujud perdamaian dan cinta, semua cita-cita dan kegerakan.
Meskipun gaya hippie adalah subkultur waktu, itu dipengaruhi mode utama, dia membawa flower
crown kembali sebagai gaya dan bagian dari pernikahan.
Saat Ini
Jadi, mengapa saat ini perempuan sangat
terobsesi dengan flower crown? Selain fakta bahwa flower crown telah menjadi simbol cinta, kesuburan dan
perayaan sepanjang sejarah di seluruh dunia, mereka begitu mudah untuk personalisasikannya. Bukan hal
yang tabu lagi dalam pengenaan flower crown, aksesoris nan indah ini sudah
meluas pemakaiannya merambah dalam acara-acara termasuk Pernikahan.
MENGENAL TRADISI “MAY CROWNING OF MARRY”
Tradisi ini memang jarang terlihat di Indonesia. Tradisi May Crowning of Mary
(Koronasi Bulan Mei kepada Maria), atau cukup disebut "May Crowning",
memang lebih populer sebelum Konsili Vatikan II, namun tradisi ini masih banyak
dilakukan di banyak negara seperti di Amerika Serikat. Dan, seperti banyak
tradisi pra-KV 2 lainnya, May Crowning sangat indah untuk dilakukan dan sarat
makna devosinya.
May Crowning adalah sebuah tradisi di mana umat Kristen mempersembahkan rangkaian bunga
mawar kepada Bunda Maria, seperti seorang anak yang menghadiahi ibunya dengan
buket bunga pada Hari Ibu. May Crowning dilakukan pada bulan Mei, yang didedikasikan kepada Bunda
Maria sebagai Bulan Maria.
May Crowning berbeda dari Solemn Crowning of Mary (Koronasi Megah) yang
harus dipimpin oleh uskup pada tanggal 22 Agustus, yaitu Pesta Maria Dimahkotai
di Surga menurut Kalender Liturgi Baru, atau Pesta Hati Maria Tak Bernoda
menurut Kalender Liturgi Tradisional. Solemn Crowning diadakan dalam Misa Kudus
dan merupakan bagian dari pesta Gereja, sementara May Crowning adalah bentuk
devosi umat atau paroki. Selain itu, Solemn Crowning dilakukan dengan
meletakkan mahkota sungguhan bertatahkan batu mulia, sementara May Crowning
dilakukan dengan meletakkan mahkota bunga mawar.
Sesuai dengan namanya, “crowning” (memahkotai), maka bunga mawar
dipersembahkan dalam bentuk lingkaran (garland) yang diletakkan di atas
kepala patung Bunda Maria sebagai mahkota. Namun jika tidak ada patung,
atau patung terlalu kecil, maka rangkaian bunga dapat diletakkan di kaki gambar, ikon,
atau patung Bunda Maria.
FLOWER CROWN DAN MAY CROWNING OF MARRY DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Notabennya kehidupan umat Islam selangkah demi selangkah mengikuti budaya
barat atau orang-orang kafir. Umat Islam sudah tidak memiliki ciri khasnya
lagi. Gaya busana, perilaku, dan seluruh aspek kehidupannya berkiblat pada
budaya barat. Begitu banyak tradisi yang bukan berasal dari Islam masih saja
diikuti, dengan tanpa dosa mereka berdalih bahwa itu perkara biasa yang tidak
bernilai apapun di mata Allah.
Menyerupai orang-orang kafir adalah sesuatu yang
terlarang dalam syariat, dan terdapat dalil yang shahih tentang larangan
tersebut dalam hadits-hadits berikut ini :
Dari Amr ibn Syu’aib
dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi
wa sallam bersabda,
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا لَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلَا
بِالنَّصَارَى فَإِنَّ تَسْلِيمَ الْيَهُودِ الْإِشَارَةُ بِالْأَصَابِعِ
وَتَسْلِيمَ النَّصَارَى الْإِشَارَةُ بِالْأَكُفِّ
“Bukan termasuk
golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian
menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi
salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat
telapak tangannya”(HR Tirmidzi, hasan)
Dari Ibn Umar beliau
berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barangsiapa
menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu
Dawud, hasan)
Maka benarlah sabda Rasulullah bahwa orang Muslim
akan mengikuti jejak-jejak orang kafir selangkah demi selangkah.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan
orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta
sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit
sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat)
berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan
Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Ibnu Taimiyyah menjelaskan, tidak diragukan
lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan nashrani
dalam sebagian perkara. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 27:286)
Imam Nawawi
Rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud
dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan
tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin
sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum muslimin
mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal
kekafiran mereka yang diikuti. (Syarh Muslim, 16:219).
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi,
mulailah membuka mata dan hati kita terhadap budaya yang muncul di penghujung
zaman ini. Jangan sampai kita menjadi pengikut orang-orang kafir.
Na’udzubillahimindzalik…
والله
أعلمُ بالـصـواب
Maraji’ :
-https://luxveritatis7.wordpress.com/2014/05/02/mengenal-tradisi-may-crowning-of-mary/
Komentar
Posting Komentar