Kebahagiaan yang Tertunda



Ada sebuah kisah sejati dari seorang akhwat yang juga memiliki seorang kakak perempuan. Mereka berdua termasuk gadis yang banyak sekali disenangi oleh para ikhwan. Selain karena paras wajah keduanya yang cantik mereka juga dari keluarga yang terhormat, mereka berdua adalah para muslimah yang shalihah.

Banyak ikhwan yang datang untuk melamar mereka. Namun sayangnya, orang tua mereka yang merasa memiliki kedudukan yang tinggi di mata masyarakat, ingin juga mendapatkan menantu yang sama-sama dari kalangan terhormat atau bahkan status sosialnya melebihi mereka. Alhasil, satu per satu para ikhwan mulai mundur.

Dari sekian banyak ikhwan yang datang melamar, tak ada satu pun yang dinilai cocok oleh kedua orang tua mereka. Hingga tahun demi tahun pun berlalu. Usia mereka berdua pun merangkak semakin senja. 

Di usia setengah abad, sang adik didatangi oleh seorang pemuda yang masih sangat muda. Jauh sekali perbedaan umur antara keduanya. Sang akhwat begitu senang karena akhirnya sang pujaan hati pun datang, dan bahkan orang tuanya telah merestui dan memberikan izin. Ia pun sempat ragu, apakah benar pemuda itu benar-benar mau menerimanya dengan usianya kini yang sudah sangat senja. Sang ikhwan meyakinkan bahwa Allah telah memantapkan hatinya untuk meminangnya. 

Akan tetapi, ujian kali ini ternyata muncul dari keluarga sang ikhwan muda ini. Mereka tidak setuju atas pilihan yang dipilih oleh anak mereka. Pilihan yang sangat tidak lumrah dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dia menikahi perawan tua yang sepantasnya menjadi ibu baginya?

Sang akhwat ini harus menerima pahitnya akibat dari apa yang telah dilakukan kedua orang tuanya dulu. Begitu pula dengan kakaknya yang kini telah semakin lemah, tak berdaya akibat penyakit yang dideritanya.

Tak ada tawa dan senyuman yang tersisa. Tak ada tangisan bayi dan anak-anak ceria yang menghibur mereka. Semuanya hanya mimpi dan angan-angan dalam pikiran. Yang ada di hati mereka hanya kesepian dan kehampaan. Serta penyesalan kedua orang tua mereka yang begitu amat dalam. (hikks.. hikks.. jangan sedih doong :D)

Sobat muslim, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah sejati tersebut? Sebenarnya, ketika seorang anak sudah menyatakan telah siap untuk berumah tangga dan membangun keluarga, maka tidak diperkenankan alias tidak diperbolehkan bagi orang tua untuk menghalang-halangi anaknya untuk menikah.

Dalam buku 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak yang ditulis oleh Drs. M. Thalib menyebutkan bahwa merintangi anak menikah (dengan pasangan yang tentunya baik agamanya) termasuk kezhaliman dan sikap durhaka orang tua terhadap anak.

Ooooooh, ternyata bukan hanya anak saja ya yang bisa durhaka terhadap orang tua, akan tetapi orang tua pun ternyata bisa durhaka terhadap anak. Hati-hati, lho, para orang tua ...

Referensi: Buku Remaja “Mau Temenan Ama Setan?”

(Semoga Bermanfaat)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Niqab Menjadi Gaya Berbusana

Cantiknya Berhijab

Macam-Macam Golongan Pemuda Dalam Liburan Sekolah