Mimpi Sejuta Pelangi
Mimpi, impian atau cita-cita adalah suatu hal yang sangat diharapkan oleh kebanyakan orang. Siapa sih yang gak punya mimpi? Pasti semua orang di dunia ini memilikinya, mereka percaya bahwa suatu saat nanti di masa depan semuanya akan terwujud. Untuk menggapai impian, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Semua hanya bisa diraih dengan kesungguhan, kerja keras, pengorbanan dan waktu yang tak cukup singkat.
Mimpi sejuta pelangi, bukan aku
pernah bermimpi jutaan pelangi. Tapi di sini aku memiliki mimpi/impian
sebanyak pelangi yang warnanya selalu berpendar kala hujan reda. Warna-warni
menghiasi langit dengan begitu indahnya. Itulah bagaimana aku menata mimpi
dengan rapi dan berharap dari jutaan mimpi tersebut, salah satunya dapat menjadi
nyata.
Negeri diatas angin, ditempat inilah
salah satu mimpiku menjadi nyata. Negeri di atas angin hanyalah suatu julukan
yang dulu pernah dicetus oleh mahasiswa STAI AL-FATAH. Negeri diatas angin
terletak ditengah-tengah pemukiman penduduk yaitu desa Pasirangin,
Cileungsi-Bogor. Tempat ini tidaklah begitu istimewa seperti halnya tempat
rekreasi dengan pemandangan eksotis di dalamnya.
Tempat ini adalah sebuah tempat sederhana di mana kita bisa mendengar lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an terdengar setiap hari, melihat lalu-lalang betapa semangatnya calon mujahid dan mujahidah bertebaran dalam menuntut ilmu, ummahat yang tak kenal lelah membuka bisnis rumahan dengan berbagai macam produk halal, juga bisa menemukan sepasang merpati yang hilang maksudnya menemukan pendamping hidup.
Tempat ini adalah sebuah tempat sederhana di mana kita bisa mendengar lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an terdengar setiap hari, melihat lalu-lalang betapa semangatnya calon mujahid dan mujahidah bertebaran dalam menuntut ilmu, ummahat yang tak kenal lelah membuka bisnis rumahan dengan berbagai macam produk halal, juga bisa menemukan sepasang merpati yang hilang maksudnya menemukan pendamping hidup.
Dalam ruangan berwarna putih dengan
penyekat hijab pemisah antara muslimin dan muslimat, aku pernah
mengarungi
perjalanan menuntut ilmuku. Kudapati teman-teman dari berbagai pelosok daerah
dan terlebih dari negara Thailand. Bangunan kampus STAI AL-FATAH tak semegah
kampus ternama di luar sana. STAI AL-FATAH adalah salah satu kampus jihad.
Kenapa bisa di katakan jihad? Yaaa, karena di kampus ini hanya orang-orang
terpilihlah yang mampu bertahan, mampu mengarungi dan menerima segala
kekurangan yang hadir, mampu menyuarakan semangat jihad, mampu berjuang untuk
kemajuan Islam dan disinilah lah aku mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan bukan
hanya ilmu dunia namun ilmu akhirat. Dengan dosen pengajar yang sangat
menginspirasi untuk tetap terus berkarya dan berjuang dalam dakwah.
Salah satu
dosen yang membuat semangat ku kembali berkobar adalah Ustadz. Ali Farhan Tsani. Beliau
adalah Redaktur Senior di Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Islamic Agency).
Beliau adalah dosen mata kuliah Jurnalistik dan Humas. Karena nasihat dan
motivasi beliaulah aku kembali memiliki semangat untuk terus menulis, menulis
dan menulis. Sampai ketika semester dua, tulisan opiniku di muat dalam berita
online MINA dengan editor Ustadz Afta julukan beliau. Betapa senangnya hatiku ketika melihat
tulisan tersebut di muat dalam media online Internasional MINA. Dari situlah
semangat menulis kembali tumbuh dan berkembang.
Di kampus tersebut, aku dapat menata hati, menata
tujuan hidup, menata niat hanya semata-mata untuk memperoleh ridho-Nya. Pernah
terbesit rasa minder ketika melihat teman-temanku berada dalam kampus yang
memiliki segala fasilitas lengkap, nyaman, dan bangunan yang megah. Tapi dengan
cepat rasa itu aku hapus, karena niat kuliah bukan untuk senang-senang. Tetapi disini aku
kuliah untuk membangun kreatifitas, menambah ilmu dan ruhul jihad dalam
menegakkan agama Islam dan sekali lagi hanya untuk memperoleh ridho-Nya.
Namun.. di
tengah perjalanan menuntut ilmuku. Aku mendapati sebuah pilihan, lanjut kuliah
atau kuputuskan semua untuk melanjutkan perjuangan di Rumah Qur’an Al-Fatah. Dan
pada akhirnya ada satu titik terberat yang aku ambil, yaitu berjuang di Rumah
Qur’an Al-Fatah.
Rumah Qur’an
Al-Fatah bukanlah sekolah fenomenal di jagat raya. Tempat ini adalah tempat
yang berisi anak-anak penghafal Al-Qur’an dari tingkat SD-SMP. Sekolah tahfidz
yang berada di Kota Cikampek adalah sekolah yang belum lama didirikan. Bangunannya
pun tidak semegah sekolah di luar pada umumnya.
Perjalanan dan
perjuanganku beralih ke Rumah Qur’an. Yaa bagaimana mungkin, aku yang hanya
bermodalkan ilmu dari STAI AL-FATAH harus mengajar anak-anak tingkat dasar.
Tapi, aku
akan tetap mencoba, mencoba dan mencoba. Karena mengajar adalah proses belajar dan
pembelajaran untuk bisa lebih baik dan lebih banyak menggali ilmu
seluas-luasnya. Niat karena Allah dan untuk mencapai Ridho-Nya.
Sukses bukan didasarkan dari tempat
kuliah ataupun lainnya, namun berdasarkan diri kita sendiri. Seberapa terkenal kampus yang
disinggahi, tetapi kualitas diri yang kurang mengimbangi dan ada rasa malas untuk
melakukan segala kebaikan. Maka tak akan membawa kita kepada kesuksesan dan kebahagian. Tetaplah menjadi pemuda-pemudi yang dapat
mengubah agama dan negara menjadi lebih baik. Jadilah yang bermanfaat bukan menjadi perusak,
karena kebangkitan Islam berada ditangan pemuda-pemudi yang memiliki ruhul
jihad yang tinggi.
Negeri di atas anginlah aku
dapat merasakan manisnya iman, manisnya persaudaraan tanpa memadang status
strata ataupun harta. Di tempat itulah aku dapat menggali ilmu sebanyak yang aku mau, dan STAI AL-FATAH adalah kampus jihad yang dapat menumbuhkan ruhul
jihad untuk tegaknya Islam.
Harapanku adalah bisa menjadi
mujahidah pena, yang dapat menyuarakan Islam dengan tulisan-tulisan yang
bermakna dan bermanfaat.
Da’wah Bil Qolam, Semangat dan berjuang J
Dalam
Pengubahan 2019
Lanjut ke
part Selanjutnya yaaa ......
Komentar
Posting Komentar