Memahami Hakikat Cinta
Cinta adalah alasan paling klasik bagi mereka yang melakukan pacaran. Cinta dipandang sebagai ketertarikan kepada lawan jenis yang harus diekspresikan tanpa peduli pada aturan sosial maupun agama. Untuk bisa keluar dari lingkaran pacaran maka harus dipahami apa arti cinta yang sesungguhnya.
Ibnu Hazm mengatakan, “Cinta
-semoga Allah memuliakanmu- mulanya adalah gurauan dan akhirnya menjadi serius.
Sulit membuat definisi yang benar tentang cinta dan memahami hakikatnya,
kecuali setelah bersusah payah dalam mengetahuinya. Dan cinta bukanlah dari
perkara yang terlarang dalam agama, karena hati ditangan Allah dan banyak yang
telah jatuh cinta dari kalangan Khalifah dan Imam.”
Cinta adalah anugerah Illahi, pelita
kehidupan, nikmat yang tiada terhingga, dan kesejukan kala gersang membahana.
Tanpa cinta manusia takkan pernah mengenal baik saudaranya. Tanpa cinta
tertumbuh pun takkan pernah merasakan sejuknya dunia. Tanpa cinta hewan pun
tiada pernah menikmati keindahan alam yang menjadi tempat tinggalnya.
Demikianlah kedudukan cinta, bahkan cinta
merupakan salah satu pilar utama dalam beribadah kepada Allah Tuhan semesta
alam. Tanpa-Nya seorang hamba tidak akan pernah mengenal nilai ketaatan maupun
ketundukan, karena cinta itu mengalirkan sebuah kehinaan diri dihadapan yang
dicintainya yang akhirnya membuahkan sebuah ketaatan terhadapnya.
Apalah arti sebuah ibadah kepada Allah
tanpa dibarengi rasa cinta kepada-Nya. Akankah terlihat darinya ketundukan,
ketaatan dan kehinaan dalam penghambaan diri kepada-Nya? Secara naluri jelas
tidak akan terpancar darinya rasa ketudukan maupun kehinaan dalam beribadah
kepada-Nya. Begitulah cinta yang menjadi anugerah berharga bagi seorang hamba,
ia juga merupakan sebuah karunia yang mengalir sesuai naluri setiap makhluk-Nya.
Ibnul Qayyim berkata, “Kesempurnaan cinta adalah penghambaan
diri, kehinaan, ketudukan, dan ketaatan terhadap yang dicintainya.” Inilah sejatinya cinta yang dengan
diciptakan langit dan bumi, dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah, “Dan
Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
dengan sia-sia.” (QS.SHAAD:27)
Seorang ahli hikmah mengatakan,
Jadilah kau pencinta Rabbmu untuk berkhidmat
kepada-Nya
Sesungguhnya orang yang mencintai adalah pelayan
bagi yang dicintainya
*Berbagai Sumber
(Semoga Bermanfaat)
(Semoga Bermanfaat)
Komentar
Posting Komentar