Memahami Hakikat Cinta


Cinta adalah alasan paling klasik bagi mereka yang melakukan pacaran. Cinta dipandang sebagai ketertarikan kepada lawan jenis yang harus diekspresikan tanpa peduli pada aturan sosial maupun agama. Untuk bisa keluar dari lingkaran pacaran maka harus dipahami apa arti cinta yang sesungguhnya.

Cinta dalam bahasa Arab disebut dengan mahabbah. Sinonim kata cinta dalam bahasa Arab lebih dari 60 kosakata. Hal ini menunjukkan cinta merupakan hal yang agung bagi mereka, selalu didendangkan oleh para penyair dan dilantunkan oleh para pujangga, disebut-sebut dalam pertemuan-pertemuan. Sama halnya dengan pemujaan mereka terhadap kedermawanan dan keberanian sehingga lafadz singa, pedang, khamr bagi orang Arab mempunyai ratusan sinonim.

Ibnu Hazm mengatakan, “Cinta -semoga Allah memuliakanmu- mulanya adalah gurauan dan akhirnya menjadi serius. Sulit membuat definisi yang benar tentang cinta dan memahami hakikatnya, kecuali setelah bersusah payah dalam mengetahuinya. Dan cinta bukanlah dari perkara yang terlarang dalam agama, karena hati ditangan Allah dan banyak yang telah jatuh cinta dari kalangan Khalifah dan Imam.”

Cinta adalah anugerah Illahi, pelita kehidupan, nikmat yang tiada terhingga, dan kesejukan kala gersang membahana. Tanpa cinta manusia takkan pernah mengenal baik saudaranya. Tanpa cinta tertumbuh pun takkan pernah merasakan sejuknya dunia. Tanpa cinta hewan pun tiada pernah menikmati keindahan alam yang menjadi tempat tinggalnya.

Demikianlah kedudukan cinta, bahkan cinta merupakan salah satu pilar utama dalam beribadah kepada Allah Tuhan semesta alam. Tanpa-Nya seorang hamba tidak akan pernah mengenal nilai ketaatan maupun ketundukan, karena cinta itu mengalirkan sebuah kehinaan diri dihadapan yang dicintainya yang akhirnya membuahkan sebuah ketaatan terhadapnya.

Apalah arti sebuah ibadah kepada Allah tanpa dibarengi rasa cinta kepada-Nya. Akankah terlihat darinya ketundukan, ketaatan dan kehinaan dalam penghambaan diri kepada-Nya? Secara naluri jelas tidak akan terpancar darinya rasa ketudukan maupun kehinaan dalam beribadah kepada-Nya. Begitulah cinta yang menjadi anugerah berharga bagi seorang hamba, ia juga merupakan sebuah karunia yang mengalir sesuai naluri setiap makhluk-Nya.

Ibnul Qayyim berkata, “Kesempurnaan cinta adalah penghambaan diri, kehinaan, ketudukan, dan ketaatan terhadap yang dicintainya.” Inilah sejatinya cinta yang dengan diciptakan langit dan bumi, dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dengan sia-sia.” (QS.SHAAD:27)

      Seorang ahli hikmah mengatakan,

Jadilah kau pencinta Rabbmu untuk berkhidmat kepada-Nya
Sesungguhnya orang yang mencintai adalah pelayan bagi yang dicintainya

Semua cinta di atas kecintaan kepada Allah itulah cinta hakiki, semua cinta yang menghantarkan seseorang kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya itulah cinta yang sebenarnya. Karena cinta adalah kesucian, pengorbanan, keteguhan dalam memegang janji dan keikhlasan dalam melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Cinta yang terpuji ialah cinta yang bermanfaat yang menghadirkan kemanfaatan bagi si pemiliknya yang berupa kebahagiaan. Adapun cinta yang tercela ialah cinta yang mendatangkan kemudharatan bagi si pemiliknya yang berupa kesengsaraan.”

Demikianlah hakikat cinta. Cinta sejati yang akan menghantarkan si pemiliknya ke dalam kebahagiaan hakiki dalam keridhaan Illahi, menghadirkan manfaat yang sesungguhnya dalam hidup.

*Berbagai Sumber


(Semoga Bermanfaat)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Niqab Menjadi Gaya Berbusana

Cantiknya Berhijab

Macam-Macam Golongan Pemuda Dalam Liburan Sekolah